Oleh: Prima Suci Rohmadheny, M.Pd
(Akademisi dan Praktisi PAUD)
Membaca merupakan sebagian
komponen dari aspek perkembangan Bahasa yang sangat penting untuk mendapat
stimulasi sejak usia dini. Sebagaimana aspek perkembangan bahasa yang menjadi
salah satu unsur kemampuan dasar yang penting untuk dikembangkan di setiap pendidikan
prasekolah. Bahasa merupakan salah satu sarana untuk berkomunikasi. Dalam aspek
perkembangan bahasa, diklasifikasikan menjadi bahasa reseptif (menerima) dan
bahasa ekpresif (mengungkapkan). Yang termasuk bahasa reseptif antara lain
mendengar (menyimak) dan membaca, sedangkan bahasa ekspresif antara lain adalah
berbicara (verbal) dan menulis (non verbal). Masing-masing klasifikasi
memerlukan modal yang cukup untuk penguasaannya. Seperti keterampilan mendengar
(menyimak) diperlukan keadaan pertumbuhan telinga yang matang dan pemahaman
konsep kata, keterampilan berbicara memerlukan modal kesiapan berupa
pertumbuhan organ berbicara yang matang dan rekaman kosakata yang dia dengar
sebelumnya sehingga dapat diucapkan. Keterampilan menulis, memerlukan modal
kesiapan kematangan organ jari dan keluwesan motorik halus, serta kemampuan
penglihatan yang baik sehingga ia dapat menirukan bentuk tulisan dari apa yang
dia amati (untuk anak reguler). Demikian pula pada keterampilan membaca,
diperlukan modal anak untuk memahami gambar, simbol-simbol terntu yang sesuai
sehingga ia bukan hanya sekadar siap untuk belajar membaca melainkan memahami
bunyi bacaan yang dibacanya karena membaca merupakan bagian dari bahasa
reseptif.
Seringkali kita
mendapati anak-anak kita hanya sekadar membolak-balik kertas dalam buku. Atau
semaunya sendiri berucap sambil memegang buku seolah ia sedang membaca. Kadang
mungkin kita gemes pada anak-anak yang malah tidak tertarik dengan buku atau
yang susaaaah sekali rasanya untuk diajari membaca, sehingga orangtua menjadi
semakin galau dan semakin menekan anak untuk belajar membaca. Meskipun tidak
semua orangtua demikian, namun kita tetap perlu mengetahui lebih dekat dengan
tahap perkembangan membaca anak. Perlu kita ketahui pula bahwa dalam membaca
sebagaimana perkembangan lainnya, setiap anak-anak memiliki masanya. Di samping
itu, menciptakan kondisi dan situasi menyenangkan akan mempengaruhi minat anak
dalam membaca. Mengapa penting untuk mengenal tahapan membaca pada anak dan
menciptakan suasana yang menyenangkan dalam setiap pembelajaran? Karena saat
anak sudah siap sesuai tahap usianya dan dengan kondisi hati gembira, maka bukan
hanya keterampilan membaca akan menjadi lebih cepat diserap melainkan anak-anak
menjadi gemar dengan kegiatan membaca. Jangan sampai, anak-anak balapan bisa
membaca namun setelah terampil membaca, pada usia tertentu mereka mengalami
kondisi tidak gemar dengan kegiatan membaca. Tentu saja jika demikian yang
terjadi, pepatah “membaca adalah jendela dunia” menjadi sekadar isapan jempol.
Karena semestinya mereka gemar membaca dan mendapatkan banyak informasi positif
melalui membaca, hal itu tidak terjadi karena mereka tidak suka membaca. Oleh
karena itu, mari kita coba cermati tahapan perkembangan membaca menurut Cochrane Efal berikut ini:
1.
Tahap pertama: Magical Stage (Tahap Fantasi)
Tahap ini biasanya
muncul pada usia di atas 6 bulan dari sejak lahir sampai 2 tahun. Pada tahapan
ini, anak-anak akan penasaran dengan buku dan mulai membolak-balik kertasnya.
Pada tahap ini pula mereka seringkali sangat menggemari gambar-gambar yang
menarik dan berwarna-warni atau benda-benda baru di sekeliling mereka, kadang mereka
mulai membayangkan objek yang sesungguhnya dengan objek dalam gambar. Maka,
dalam tahap ini akan sangat membantu jika anak-anak dikenalkan untuk kali pertama
dengan the real objects (obyek yang
sesungguhnya) dan gambar yang mewakili obyek nyata (bukan kartun atau animasi).
Pada usia ini, tidak ada salahnya orangtua di rumah juga mengenalkan anak-anak
dengan buku (buku bantal, softbook,
buku dengan ujung tumpul), membacakan cerita pada anak dari buku.
2.
Tahap kedua: Self Concept Stage (Tahap Pembentukan Konsep Diri Membaca)
Tahap ini
biasanya muncul saat anak usia 2-3 tahun. Pada tahapan ini, anak mulai
memandang dirinya sebagai pembaca. Mereka mulai melibatkan diri dalam kegiatan
membaca, seperti pura-pura membaca, membaca gambar dengan bahasanya, membaca
simbol-simbol yang dia amati di sekitarnya (mengenal simbol toko tertentu atau
tanda tertentu). Maka pada usia ini anak menjadi cukup hafal saat pergi ke
suatu tempat dan dapat menyebutkan nama tempatnya hanya dengan melihat simbol
yang ada di toko tersebut. Pada usia ini, tidak ada salahnya anak sering diajak
berkunjung ke perpustakaan dan toko buku atau membacakan tulisan yang dapat
dibaca di sepanjang jalan yang anak kita da kita lalui. Di samping itu,
kebiasaan untuk membacakan isi buku pada mereka juga tetap dilanjutkan ya,
ayah/bunda... Beri mereka apresiasi dengan pujian tulus, pelukan, jempol,
ciuman untuk menguatkan hasrat anak untuk mengenal bacaan-bacaan dari berbagai
sumber belajar (tidak dibatasi dari buku saja), ketika mereka mampu menyebutkan
suatu nama yang menggambarkan suatu benda atau tempat setelah mereka melihat
simbol yang mewakili.
3.
Tahap Ketiga: Bridging Reading Stage (Tahap Membaca Gambar)
Tahapan ini
biasanya muncul pada rentang usia anak antara 3 – 6 tahun. Pada tahap ini,
anak-anak semakin menyadari simbol huruf dan simbol angka yang ada di tampak
sekitar mereka. Bahkan, mereka mampu menemukan dan menunjuk suatu kata yang dia
kenal. Yang dia kenal ya ayah/bunda, maka tahap mengenalkan sebelumnya juga penting
untuk dilalui. Tips menstimulasi keterampilan membaca permulaan bagi anak-anak
dalam tahapan ini adalah menyertakan gambar dan tulisan yang sesuai pada setiap
objek nya. Ada banyak permainan yang dapat menstimulasi kemampuan anak pada
tahap ini.
4.
Tahap Keempat: Take off Reader Stage (Tahapan Pengenalan Bacaan)
Tahap ini biasanya berkembang
pada usia 6 – 7 tahun. Pada tahap ini, anak-anak akan semakin mengenali
tanda-tanda/simbol-simbol bacaan pada benda-benda di sekitarnya. Mereka akan
semakin menyadari dan mengenali sepenuhnya bacaan-bacaan yang tertera pada
banner, warung, toko, kotak pasta gigi, kemasan jajan, dan sebagainya. Akan
lebih baik jika pada tahap ini, anak semakin sering dilibatkan dalam mengenal
bacaan dengan meminta mereka menunjuk benda-benda yang sesuai dengan bunyi
bacaan yang kita sebutkan. Dengan stimulasi tersebut, diharapkan tahap
perkembangan ini dapat berkembang dengan baik dan aktivitas membaca menjadi
lebih menyenangkan.
5.
Tahap kelima: Independent Reader Stage (Tahap Membaca Lancar)
Tahap ini umumnya berkembang saat
usia anak 7 tahun ke atas. Pada tahap ini, anak-anak sudah mampu membaca
berbagai jenis buku secara bebas, menyusun pengertian suatu tanda, menyusun
pengertian dari pengalaman dan isyarat yang ditangkap olehnya, serta dapat membuat
perkiraan dari bahan-bahan bacaan. Pada tahap inilah saat yang ideal bagi anak dalam
mendapatkan latihan keterampilan membaca secara formal. Rosululloh SAW pun
mencontohkan dan menganjurkan kita mengajarkan anak sholat pada usia 7 tahun
dan bertindak tegas pada anak-anak yang tidak sholat saat ia usia 10 tahun. Untuk
perkara ibadah wajibnya umat Islam saja, Rosul menganjurkan pada usia 7 tahun
loh, meskipun sebelum usia 7 tahun anak tetap perlu dikenalkan dengan aktivitas
sholat dan diberi kesempatan mengamati dan menirukan orangtuanya saat sholat
semampunya. Karena pada usia 7 tahun, perkembangan kognitif anak semakin
matang. Seperti yang Piaget katakan dalam teori perkembangan kognitifnya bahwa usia
7 tahun anak mulai memasuki perkembangan kognitif berupa operasional konkret.
Pada tahapan ini lah anak sudah seharusnya siap menerima pembelajaran membaca
dengan lebih formal. Tentu kesiapan anak-anak pun akan sangat terbantu jika
stimulasi-stimulasi sesuai usia pada tahapan-tahapn sebelumnya telah dilalui
dengan menyenangkan.
Ayah/Bunda Hebat, tahapan di atas
merupakan tahapan standar yang umumnya dilalui oleh anak-anak kita. Adapun
beberapa kasus pada anak-anak yang mengalami tahapan lebih cepat atau sedikit
lebih lambat dari standart yang sesuai usia kronologisnya tentu saja hal
tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut dapat berupa
faktor stimulasi, nutrisi, kondisi keluarga, dan kesiapan anak.
Tidak adil rasanya jika kita
memaksakan anak-anak kita tiba-tiba mampu pada tahapan kelima yaitu membaca
lancar, sedangkan kita sebagai orang dewasa belum cukup memfasilitasi anak
untuk mendapatkan stimulasi yang tepat pada masa-masa sebelumnya. Hal tersebut
sama seperti memaksakan anak-anak kita langsung melangkah menaiki tangga pada
anak tangga urutan kelima sedangkan kita belum memastikan anak kita saat ini
berada di posisi anak tangga keberapa. Jika ternyata anak kita berada di anak
tangga kedua padahal di usia yang seharunya dia sudah di anak tangga keempat,
lalu kita memaksanya melompat ke anak tangga kelima. Kira-kira apa yang akan
terjadi?
Yuk, kita kenali posisi dan
kondisi anak-anak kita agar kita lebih tepat dan lebih bijak dalam memberikan
stimulasi yang tepat bagi mereka. Mari saling bahu membahu menjadikan anak-anak
kita siap menghadapi tahap kelima dengan melalui semua tahap sebelumnya dengan
baik. (*PS*)
Cendekia Kids School Madiun